Surat Terlambat
Kepada
Tuan Ramaku
Maafkan
aku baru sempat menuliskan surat ini kepadamu setelah sekian tahun. Aku kesulitan
menemukan kata apa yang harus aku tuliskan kepadamu, yang tepat sesuai dengan apa
yang kumaksud, dan yang paling penting adalah menemukan saat untuk dapat
menuliskannya, sehingga surat ini bisa mencapai tanganmu.
Aku
masih dapat mengingat dengan jelas tiap melodi yang kau mainkan. Sampai saat
ini, kau terasa seperti masih di sini. Bahkan aromamu, masih terekam di
kepalaku, aku selalu berusaha untuk dapat menerka ekspresimu dan berusaha untuk
merekam senyummu yang hangat.
Kehadiranmu
menyerupai sinar matahari yang sejuk di musim dingin. Tidak hanya menerangi
hari-hariku, tapi juga menghangatkan hatiku.
Kenangan-kenangan
kecil itu masih teringat dengan jelas, kusimpan dengan baik di bagian paling
ujung hatiku, agar hanya aku yang dapat mengingatnya kembali. Begitu ujungnya,
sampai terkadang aku lupa dimana aku menaruhnya.
Maka,
aku berusaha untuk menuliskannya di sini. Setelah sekian tahun berlalu dan
mungkin sudah terlambat untukku menuliskan surat ini. Aku takut, surat ini
malah membebanimu.
Maafkan
aku karena tiba-tiba pergi tanpa berpamitan kepadamu. Meninggalkanmu dalam keadaan
bertanya-tanya, dalam keadaan tidak Ikhlas. Di ujung hatiku, aku masih terus mencarimu.
Kepada
Tuan Ramaku,
Semoga
kita bertemu lagi.
Komentar
Posting Komentar